Distorsi Penafsiran Terhadap Sebuah Foto
oleh : Ikhlasul Rezeki
Distorsi secara umum berarti pemutar balikan fakta, aturan, dan sebagainya atau bisa juga dikatakan sebagai suatu penyimpangan terhadap keadaan atau kondisi yang sebenarnya. Maka oleh karena itu, sudah sewajarnya bila distorsi dianggap sebagai hal yang merugikan bahkan dapat berpotensi menimbulkan bahaya, apalagi jika terjadi pada tatanan kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dalam dunia fotografi.
Setiap orang pasti memiliki penafsiran pribadi terhadap sebuah imaji, gambar atau citra apapun yang tercetak dalam sebuah lembar foto yang mereka lihat, penafsiran tersebut merupakan suatu respon atas apa yang mereka lihat, berbeda dengan video ataupun tulisan, sebuah foto dapat menghasilkan "ribuan" penafsiran yang bervariasi, Salah satu contoh bukti distorsi penafsiran dalam dunia fotografi yang terkenal yaitu distorsi penafsiran pada foto legendaris "The Vulture and The Little Girl" karya Kevin Carter.
Foto legendaris "The Vulture and The Little Girl" karya Kevin Carter.
Foto yang memenangkan penghargaan Pulitzer Prize tahun 1994 dan masuk dalam "TIME 100 Photos" tersebut menjadi salah satu foto sangat kontrovesial dan menghasilkan ribuan tanda tanya bagi yang meilhatnya. Cerita dimulai ketika sang fotografer, Kevin Carter melakukan perjalanan tugas jurnalisme di Sudan sekitar tahun 1993, tepatnya di desa Ayod sebuah tempat antah berantah yang tersembunyi di balik gersangnya gurun Afrika. Carter yang sedang memotret proses pembagian makanan yang dilakukan PBB, terkejut melihat sesosok anak kecil dalam kondisi nyaris terkapar dan sangat memprihatinkan sedang "dibayang-bayangi" oleh seekor burung vulture (burung pemakan bangkai).
Carter dengan "insting" jurnalisnya mendekati anak kecil tersebut untuk mendapatkan angle terbaik dalam foto. Setelah Carter memotret, anak tersebut merangkak perlahan menuju tenda pengungsian. menurut pengakuan Carter, dia sangat ingin membantu anak tersebut namun saat itu dilaranag, memang saat itu terdapat beberapa aturan kepada jurnalis yang meliput korban kelaparan dan gizi buruk di Afrika, salah satunya yaitu aturan larangan menyentuh korban kelaparan dan gizi buruk karena berpotensi terkontaminasi penyakit. Karena larangan tersebut akhirnya Carter meninggalkan begitu saja tanpa tau apa yang akan terjadi selanjutnya dengan anak tersebut. Sungguh alibi yang rasanya sulit diterima bukan?
Setelah kejadian tersebut, foto Carter menjadi headline di seluruh dunia, foto tersebut terpampang di media massa kelas kakap, Newyork Times, The Washington Post, TIME Magazine dll. Carter mendapatkan penghargaan Pulitzer Prize atau semacam penghargaan sekelas nobel prize di bidang jurnalisme, sastra dan budaya. Namun dilain sisi, aktivis kemanusian di seluruh dunia mengecam habis-habisan sang fotografer Kevin Carter, tidak hanya itu dia juga mengalami teror-teror dari masyarakat yang tidak menerima alasan yang dikatakan oleh Carter sebelumya, akibatnya Carter depresi dan bunuh diri secara tragis dengan menghirup gas Co2 dari asap knalpot truk pada usia 33 tahun. Sungguh cara yang brutal untuk mengakhir hidup ironisnya kejadian itu hanya berselang 3 bulan setelah dia menerima penghargaan Pulitzer Prize berkat memotret foto legendaris tersebut.
Sosok sang fotografer, Kevin Carter
Kisah ini menjadi bukti bagaimana sebuah foto dapat menghasilkan "ribuan" makna bagi yang melihatnya,berbagai macam interpretasi dan penafsiran muncul ketika terdapat objek foto yang "menyimpang" dari batas kewajaran. Dalam foto tersebut, digambarkan sebuah kondisi yang memprihatinkan, menyedihkan bahkan mengiris hati bagi yang melihatnya, sudah sepatutnya rasa kemanusiaan kita muncul ketika melihat foto seperti itu.
Penafsiran yang negatif merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari akibat dari objek foto yang menyimpang dari batas kewajaran, hal tersebut juga dapat membuat apa yang ditafsirkan menjadi menyimpang dan hanya menafsirkan makna yang negatif. selain itu, tanpa adanya research terlebih dahulu mengenai apa yang sebenernya terjadi dapat mengakibatkan adanya distorsi dalam tafsiran-tafsiran mengenai makna suatu foto, lebih lanjut lagi hal tersebut mempunyai efek domino seperti hilangnya esensi jurnalisme disinformasi, hingga fitnah dan konflik. hal-hal semacam itu bisa dihindari jika kita mempunyai literasi yang cukup serta bijak dalam menyikapi suatu kejadian atau fenomena yang terdapat dalam objek suatu foto.
Referensi :